Blog-Ku Ep: 10 | "Jalan Pagi" Inikah Situasi Fight or Flight?

Agustus 12, 2024

"Jalan Pagi" : Awal Mula Rutinitas Baru


Akhir pekan kemarin, saya akhirnya memberanikan diri ikut hiking/trekking(?) untuk pertama kalinya. Tujuannya? Ya gaada cuma hal kecil yang sudah diimpikan dari jauh dan kebetulan teman mengajak. Saya selalu ingin mencoba kegiatan ini, tapi belum pernah memiliki kesempatan. Akhirnya, yakin  memutuskan untuk mencoba untuk pertama kalinya. Tulisan blog ini akan membahas tentang pengalaman saya "jalan pagi" pertama kali.

1. Persiapan
Sebelum berangkat, saya melakukan persiapan yang cukup matang. Kami sepakat memilih jalur yang tidak terlalu sulit di mode medium(?), membawa perlengkapan yang tidak tahu entah cukup atau berlebihan karena ini first time dan memastikan kondisi fisik saya dalam keadaan baik.

Dan begitulah, beberapa hari sebelumnya  saya sudah siap dengan persiapan yang bahkan tidak tahu apa saja yang harus dibawa. Sepatu yang sudah lama tidak dipakai, tas ransel yang bahkan terlalu besar untuk dibawa, botol minum, makanan ringan yang berlebih dan semangat setengah ngantuk.

2. Perjalanan
Persiapan kadang tidak sejalan dengan rencana yang sudah disusun, rencana berangkat dari rumah di jam 5 pagi tapi bisanya jam 6 pagi. Emang kacau hahaha, belum lagi di tol ketika perjalanan ke rumah teman ada kendala di kartu e-Tol yang ga bisa top up.

Oke, rencana berangkat pagi pas sampai di teman jam 7 pagi lebih. Baru mulai untuk berangkat ke daerah yang dituju sekitar jam 9 pagi. Bahkan sebelum sampai pun tersesat karena salah jalan.

Perjalanan ini memakan waktu sekitar 3 jam. Saya memulai perjalanan dari pagi hari, karena beberapa kendala saya tidak bisa menikmati pemandangan alam sepanjang jalan. Mungkin karena agak setengah ngantuk dan setengah jengkel karena kendala yang tiada habis.

Pengalaman Hiking
Saya memulai berjalan dengan perasaan capek yang masih terbawa, ngantuk dan lapar. Sekitar 5 orang bersama karena sudah tertinggal jauh dengan rombongan lain, kami memilih jalur yang medium agar tidak terlalu sulit. Sepanjang jalan kami harus memperhatikan jejak yang ditinggal (berupa bubuk kecil kertas) yang sengaja ditaburi disekitar jalan untuk memudahkan pejalan yang tertinggal. Lalu melewati beberapa tanjakan, jalan setapak, jalan berlubang tapi pemandangan alam yang indah membuat saya tetap semangat.

Awal Perjalanan:
Perjalanan awal disambut dengan tanjakan yang bagi saya sih mencapekkan, karena tidak terbiasa tentunya. Sempat berhenti beberapa menit, tentunya gara-gara saya hahahaha. Ada beberapa Snack yang harus dialihkan ke tas teman, padahal ya ga seberapa. Jalan pun belum terlalu capek sebenarnya, cuma nafas ga bisa bohong. ibaratnya suara terlalu boros dikeluarkan sampai membuat teman yang lain terganggu (?) Eh mungkin khawatir hahahaha. Meskipun tanjakan masih ada, untungnya jalur selanjutnya yang kami tempuh itu seperti jalan setapak yang cukup mudah dan terlihat teratur.


Begitu sampai di jalur tanah, saya mulai merasakan hal lain karena sebelumnya hanya terdengar suara nafas sendiri tentunya. Disambut udara sejuk dan suara alam yang menenangkan—burung dan dedaunan yang bergesekan pelan. Damai banget, mungkin karena hanya suara kaki yang terdengar. Tapi damai itu tak berlangsung lama.


Beberapa menit kemudian, kami langsung disuguhi tanjakan lagi yang bikin saya sadar. Selama itu jalannya datar kondisi saya masih cukup baik-baik saja, nah ketika dihadapkan langsung kembali jalan menanjak saya tidak baik-baik saja teman-teman. Sedikit gelisah hahahaha apalagi kalau disuruh untuk ambil video karena takut napas ngos-ngosan ini didengar yang lain dan ketangkap di rekaman video itu, kaki pegal, dan keringat bercucuran. Tapi anehnya, saya malah merasa... hidup.

Di Tengah perjalanan: 
Ketawa, kepleset, dan terus jalan meskipun ada akar pohon yang melintang, batu licin, dan jalur sempit yang bikin kita harus ekstra hati-hati. Beberapa kali saya hampir kepleset, dan yap satu kali itu jatuh karena salah injak batu. Tapi justru di situ serunya—saling bantu, saling nunggu, dan saling bercerita.

Teman-teman yang udah biasa dan pernah melakukan aktivitas ini, sabar banget ngajarin cara jalan di jalur terjal, ketika jalur menurun bagaimana posisi kaki, cara atur napas, dan yang paling penting itu cara menikmati perjalanan, bukan cuma tujuannya.


Ketika sudah keluar dari jalur tanah yang licin dan berlumpur itu, sepatu yang saya pakai jebol satu. Setengah sol bagian bawahnya hampir lepas, mau gak mau harus berhenti dan mencari ide agar gak bikin perjalanan ini melambat. Buat Dila terima kasih tali rambut nya menolong keadaan sepatu yang hampir jebol ini.


Belum hampir setengah perjalanan, masa iya karena sepatu jebol harus menyerah dan kembali. Keadaan seperti ini memperkuat dan memperbanyak memori, apalagi disambut dengan jalur yang makin seru. Saya kira jalur yang kami pilih itu ada didalam hutan. Ternyata setengah perjalanan ada pemukiman warga, dilihat dari beberapa orang yang lewat dengan kendaraan. Entah itu tempat tinggal atau apa, yang pasti ada semacam peternakan ayam dilihat dan dicium lingkungan sih agak bau dedak dan kotoran ayam ya.


Setengah perjalanan sudah kami berlima lewati mungkin, dan akhirnya bertemu rombongan yang sudah mendahului dibeberapa titik tertentu. Perjalanan ini bertambah banyak dari yang berlima menjadi bertiga belas. Tak sangka, yang bersama kami dari berbagai segmentasi ada bapak-bapak, ibu-ibu sampai ke adik yang bergabung. Suasananya menjadi lebih ramai dan santai atau mungkin karena jalur yang sedang kami lewati lebih santai dari sebelumnya. Ditengah perjalanan, kami melewati pohon melinjo yang membuat ibu-ibu histeris. Mereka mulai ikut melihat dan memetik melinjo itu dan saya tak melewatkan kesempatan ini untuk istirahat tentunya hahahaha. Dan berfoto agar moment ini abadi dan selalu teringat....


Setelah beberapa kali bertanya kapan sampainya, jawabannya selalu sama yaitu "sebentar lagi kok". Lumayan ini kalimat yang ibarat booster ketika mulai lelah dan jalan terasa berat. Sampai dititik harus melewatkan tanjakan yang curam dalam kondisi sepatu yang jebol ditambah kaki terasa perih, pedih, kaku campur aduk menjadi satu. Apalagi ketika dimintai teman untuk merekam video dia ketika naiknya, yaampun rasanya capek takut dan gelisah suara nafas ini bisa sampai terdengar dihasil video dia hahahaha. Tapi setelah melewati tanjakan yang curam itu bisa istirahat sebentar dan melihat pemandangan diketinggian, dan melihat-lihat biji Pinus yang lucu-lucu.


Selain melinjo dan biji Pinus, ternyata kami juga menemukan perkebunan karet juga. Apalagi suasana didekat pohon karet itu luar biasa sekali, buat kita yang suka mengabadikan momen ini adalah tempat yang memoriable banget sih. Semuanya hampir sempurna, pemandangan, cuaca, moment sampai mood kembali ke keadaan yang stabil. Disamping kaki hampir kebas dan kaku, momentum ini healing banget rasanya. Ibarat lagi nonton film, moment seperti ini terjadi di menit-menit durasi terakhir sama seperti realita ini sebentar lagi akhirnya selesai juga rute yang dilalui. Tapi booommmm sepatu sebelahnya jebol lagi yaampun, kaki udah pincang sebelah dan ini terjadi. Rasanya kek MANTUL, kaki rasanya pedes kayak habis makan geprek tapi ini kaki  AMPUNNN...


Setelah berjalan sekitar ±4 jam dari jam 9 sampai, kami akhirnya sampai di titik awal kembali. Meskipun ini lokasi namanya "Curug" nya, tapi untuk kesempatan ini kami tidak sempat melihat Curug hahaha. Entah karena kecapekan atau  ada beberapa hal seperti musim yang tidak mendukung, karena keadaan Curug tidak ada airnya dan mungkin mengecewakan. Jadi Saya menghabiskan beberapa menit terakhir untuk berfoto bersama rombongan bertiga belas ini.


Menit menit terakhir di lokasi, kami berkesempatan untuk foto-foto, bercuci muka dan beribadah. Jangan tanya keadaan saya, seperti remuk dengan sepatu yang antah berantah semuanya jebol tanpa membawa alas kaki cadangan. Apalagi kondisi matahari sudah diatas kepala, saya pikir beristirahat dan bersih-bersih sedikit sudah cukup. Yang kami butuhkan selanjutnya yaitu makan siang.




Setelah makan siang di tempat keramaian dan butuh mengantri. Apalagi dengan kondisi kaki kaku dan kebas, apalagi kondisi visual yang aneh mungkin orang lain lihat. Yang saya pikirkan, semoga orang-orang yang berpapasan dengan saya tidak terlalu detail dan sampai scanning dari kepala sampai kaki ya. Ya meskipun saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkan orang-orang melihat sih. Pulang dengan Senyum dan Pegal, mungkin karena hati sudah senang. Pegal masih ada, tapi semua terbayar lunas sama pengalaman dan pemandangan yang luar biasa.

Terima kasih buat Dila yang tidak pernah lupa reach out meskipun sudah lama tidak bertemu dan teman-teman baru yang saling bantu. Semoga tulisan ini abadi dan saya baca kembali di usia tua nanti. Dan bisa menjadi pengalaman yang tidak pernah terlupakan.


Kesimpulan
Hiking/trekking(?) pertama kali  adalah pengalaman yang tak terlupakan. Saya belajar banyak tentang hiking dan bagaimana menghadapi tantangan. Saya juga menikmati pemandangan alam yang indah dan berkesan.

"Jalan pagi" pertama saya ini benar-benar jadi pengalaman yang gak akan terlupa. Ternyata, keluar dari zona nyaman itu gak semenakutkan yang saya kira. Justru di luar sana, ada banyak hal yang bisa bikin kita jatuh cinta—termasuk jatuh cinta sama alam, sama perjalanan, dan sama diri sendiri yang ternyata lebih kuat dari yang dibayangkan.

Tips dan Saran
  1. Pastikan kondisi fisik Anda dalam keadaan baik sebelum berangkat.
  2. Bawa perlengkapan yang cukup, seperti air, makanan, dan pakaian yang sesuai. Cukup ya bukan berlebihan, karena kali ini saya terlalu banyak membawa barang.
  3. Pilih jalur yang sesuai dengan kemampuan Anda.
  4. Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen.
 
Sampai jumpa kembali ditulisan blog selanjutnya, teman-teman terima kasih🌈😊


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.