Blog-Ku : Ep. 5丨Menemukan Kedamaian di Dieng: Perjalanan Healing yang Tak Terlupakan
Menemukan Kedamaian di Dieng
Di tengah kesibukan dan hiruk pikuk kegiatan kuliah, kita sering kali membutuhkan waktu untuk menyegarkan pikiran dan jiwa. Saya berkesempatan mengunjungi Dieng, setelah menyelesaikan program KKN bersama teman sekelompok. Dikarenakan kami berempat belas dari fakultas yang berbeda, maka dari itu merencanakan berlibur untuk perpisahan bukanlah hal yang buruk pikir kami. Dieng merupakan sebuah kawasan yang terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya. Tulisan Blog ke 5 ini akan membagikan pengalaman saya melakukan perjalanan healing ke Dieng yang tak terlupakan.
Kami berkesempatan berlibur di dieng selama 3 hari 2 malam, termasuk waktu yang sangat lama untuk berlibur bagi seorang mahasiswa. Dari tanggal 09-12 September 2021. Dengan pembagian dana sebesar 150k/orang untuk transportasi, dan Rp4.000 untuk biaya penginapan. Entah bagaimana cerita dan lobi dari teman kkn sampai bayar penginapan hanya Rp4.000, masih terlintas dipikiran beberapa kemungkinan yang menyebabkan bayar hanya sebesar itu. Mungkin karena tipe tempat penginapan yang bernuansa kekeluargaan, yang dimana owner dan anggota keluarga lainnya ikut tinggal bersama kami. Bahkan kamar utama yang ada, ditempati tidur oleh kita para perempuan yang di mana ada 10 orang yang dibagi dua.
Destinasi Utama
- Desa Dieng: Menjelajahi beberapa desa disekitar dan merasakan kehidupan tradisional sampai menikmati keindahan alam sekitar.
- Candi Arjuna: Salah satu candi tertua di Jawa Tengah, menawarkan keindahan arsitektur dan kesan spiritual.
- Kawah Sikidang: Kawah vulkanik yang menawarkan pemandangan menakjubkan dan kesempatan untuk merasakan kekuatan alam.
- Bukit Sikunir: Bukit yang menawarkan pemandangan alam kami berkesempatan untuk melihat sunrise yang indah.
- Telaga Warna: Danau yang menawarkan pemandangan alam yang spektakuler dengan perubahan warna air yang unik.
- Pasar Malam
Aktivitas yang dilakukan
Berangkat mulai jam 23.00 lalu sampai di tanggal 10 September 2021 jam 05.22, hal pertama yang saya ucapkan yaitu "dingin sekali". Terbiasa beraktivitas di cuaca 31° lalu berubah 13°, membuat saya kelimpungan. Kemeja tebal yang dibawapun, tiba-tiba berubah menjadi kemeja yang tidak menghangatkan lagi.
Setelah beristirahat, kami disuguhi welcome tea yang sangat dibutuhkan. Karena cuaca dingin sekali teh hangat dibuat untuk menolong tenggorokan yang tak kuat akan dinginnya cuaca dan memakan nasi goreng yang unik karena timunnya eyecatching sekali.
2. Hijaunya Candi Arjuna
Merasakan kedamaian dan keheningan di tengah keindahan arsitektur kuno. Kawasan Candi Arjuna, menjadikan salah satu kunjungan yang paling saya nikmati. Bukan hanya cuaca yang hangat, namun suasana juga hangat karena bisa saling mempererat tali pertemanan yang lebih dalam.
Saya disini banyak sekali mengambil foto untuk sekedar menyimpan kenangan dan sekaligus menikmati pemandangan. Bukan tipe yang terhipnotis oleh keindahan candi, tapi saya lebih suka suasana pemandangan yang hijau, angin yang hangat, bunga warna-warni yang indah ditambah canda tawa teman-teman ini menjadikan salah satu terbentuknya core memory yang saya punya.
Di hari yang sama kami mengunjungi destinasi selanjutnya yaitu Kawah Sikidang. Kawah Sikidang menyajikan keunikan dan keindahan alam sekitar, cuaca disini masih terasa dingin dan bau gas yang kuat. Jangan lupa bawa masker ya, meskipun baunya sedikit mengganggu. Tapi ini menjadi keunikan tersendiri dan menjadikan salah satu destinasi wisata di Dieng yang beragam.
Masker, lalu jangan lupa untuk mengambil foto yang banyak. Karena ada banyak sekali spot untuk foto yang bagus dan pemandangan yang indah.
Oke, saya sendiri tidak menyangka liburan ke Dieng ini jadwalnya sangat banyak, bisa mengunjungi 2 destinasi di hari yang sama. Shout out ke teman-teman yang sudah merencanakan dengan matang di waktu yang singkat ini.
4. Mengejar Sunrise di Bukit Sikunir
Di hari berikutnya, pada tanggal 11 Oktober 2021 saya dan teman-teman berencana untuk melihat sunrise di Bukit Sikunir. Dengan sengaja siap pada jam 04.30, dari penginapan menuju Bukit Sikunir menggunakan mobil cukup untuk penumpang 14 orang + guide dan supir.
Suasana di perjalanan cukup gelap dan masih cukup buat tidur kembali meskipun setengah sadar tentunya. Itu pun sepertinya ketika mobil masuk di kawasan parkir mobil, ada berhenti sejenak untuk bayar parkir atau bayar masuk. Saya tidak tahu karena keadaan masih dalam setengah sadar, suasana pagi tentu saja membuat hal ini bisa terjadi karena cuaca tentunya lalu suasana gelap. Di pagi hari itu, saya hanya sempat memikirkan pakaian apa yang cocok karena pasti cuaca yang dingin diatas bukit sana. Double celana training, double kemeja dan sweater kampus yang hanya bisa menolong karena jujur saja itu yang disiapkan di rumah karena tidak ada sama sekali omongan rencana untuk ke Bukit Sikunir.
Belum cukup karena cuaca dingin, pada keadaan menaik sepanjang tangga untuk menuju Bukit Sikunir pun ada kendala. Karena saya tidak bisa mengejar sunrise, mengejar langkah kaki teman-teman yang lebih terdahulu sudah sampai dan bisa mengabadikan momen sunrise yang ada. Terima kasih pada guide dari penginapan sudah menemani dan sudah sabar menunggu langkah si Kukang ini hahahaha.
Meskipun tidak sempat mengabadikan momen sunrise sendiri, tapi akhirnya saya bisa sampai dipuncak juga. Inilah foto yang sudah teman saya abadikan untuk saya supaya bisa melihat.
5. Hangatnya Telaga warna yang tidak berwarna
Setelah mengejar sunrise, kemudian guide mengajak kami untuk mengunjungi Telaga Warna. Ini menjadikan bahwa Telaga Warna sebagai salah satu tempat yang hangat dari sekian destinasi yang telah dikunjungi. Karena saya suka cuaca hangat, jadi aktivitas ketika disana lebih terasa dan penuh nikmat.
Sepanjang perjalanan menuju spot yang lebih baik, ternyata "Telaga Warna" ini tidak berwarna sesuai ekspektasi. Semua airnya berwarna hijau, seperti danau. Yang pasti kita ketahui, perjalanan untuk ke Telaga Warna ini salah musim untuk dikunjungi. Sedikit kenangan yang terukir di sini, karena telaga warna yang tidak berwarna dan hanya ingatan bahwa tempat ini adalah tempat terhangat. Bukan hanya hangatnya cuaca namun juga hangatnya teman-teman yang menemani.
6. Mengunjungi Pasar Malam: Menjelajahi kehidupan lokal dan menemukan jajanan unik
Malam harinya kami menutup destinasi healing di dieng dengan mengunjugi pasar malam. Melihat suasana kerlap kerlip, hingar bingar pengunjung maupun pedagang sampai hiruk pikuk para kendaraan yang berkeliaran.
Ada yang membeli kebab, mie ongklok, gorengan, dan lainnya. Bahkan saking beragamnya, pilihan yang dibeli jatuh ke cilor. Jauh-jauh ke dieng tapi jajan cilor hahahahaha. Setelah itu kami putuskan untuk mampir ke sebuah cafe, sekedar untuk menghangatkan dan menjadi tempat makan. Cilor dan kopi sungguh perpaduan yang aneh, tapi lagi dan lagi keanehan ini yang membuat nuansa menjadi lebih seru.
Pada hari terakhir di tanggal 12 September 2021, kami fokuskan untuk bebenah keperluan seperti beberapa buah tangan dan diskusi keuangan. Nasi goreng dan teh manis hangat menjadi menu makanan favorit yang selalu menemani, ada beberapa kejadian lucu di hari terakhir kami yaitu tentang buah tangan. Kata guide kami disarankan untuk membeli manisan Carica Dieng dari pembuatnya langsung, yang mana penjualnya adalah tetangga yang masih disatu desa. Hanya perlu beberapa langkah, si pedagang mematok harga hanya Rp10.000 dibanding penjualan diluar sana yang bahkan hampir Rp20.000 sebungkus.
Karena waktu sangat sempit, kami hanya mampu membawa manisan yang masih dalam keadaan terbuka. Pada kesempatan ini kami sampai membungkuskan dan menempelkan stiker produk sendiri. Bahkan ketika sudah sampai di rumah masing-masing, menurut salah satu rekan saya ada buah tangan dari ibu penginapan yang tertinggal dan belum sempat dibawa yaitu kentang hasil pertanian di Dieng langsung.
Tips dan Saran
- Datang pagi hari untuk menghindari kerumunan.
- Jangan lupa membawa pakaian hangat dan gunakan sepatu nyaman untuk menjelajahi kawasan.
- Jangan lupa membawa kamera untuk mengabadikan momen
- Jangan lupa membawa masker untuk melindungi wajah dan beberapa skincare yang melembabkan kulit karena cuaca di Dieng sangat dingin
- Hormati kebudayaan dan lingkungan sekitar.
Kesimpulan
Perjalanan healing ke Dieng merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Dieng menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya, dan kesempatan untuk menyegarkan pikiran dan jiwa. Jika kalian mencari destinasi healing yang sempurna, Dieng adalah pilihan yang tepat.
Untuk itu saya ucapkan terima kasih pada rekan-rekan yang terlibat. Sidik, Vio, Ardi dan Rizky yang sudah merencanakan liburan ini dengan sesingkat-singkatnya namun terasa matang. Dari mulai keuangan, transportasi, penginapan sampai guide. Lalu ada Amel, Rere, Ela, Gita, Sheilla, Dewi, Herza, Vinka dan Dila para teman perempuan yang sudah hangatnya berada di suasana dingin dieng. Lalu ada pak sopir yang dari kampung sampai ke Dieng menerjang mulai jalan tol yang mulus sampai jalan Dieng yang hampir keliatannya seperti memegang nyawa masing-masing penumpang dan dengan sabarnya menemani dari hari pertama sampai ketiga.
Terakhir terima kasih kepada pemilik penginapan dan Mas Aspit selaku anak dari ibu penginapan dan guide, yang selama di beberapa destinasi menemani kami mengelilingi dieng dan sudah menemani saya ketika tertinggal jauh di Bukit Sikunir. Emang ya akamsi dan pendatang itu sangat berbeda hahahaha.

.jpg)






.jpg)
.jpg)

.jpg)










Tidak ada komentar: